Diskusi · Parenting

Dari “Delayed Gratification” Sampai “Stranger Anxiety”

Diskusi Internal Sabumi 3
Tanggal 19 Agustus 2015
tentang :
– Menunda Memenuhi Keinginan Anak
Stranger Anxiety

Narsum (informal) :
Teh Ratih Sondari (Sabumi 3) – Psikolog Anak dan Remaja

Teh N:
Saya ada sedikit share tentang menunda memenuhi keinginan anak…. beberapa waktu lalu tepatnya dari awal Ramadhan, anak saya yang pertama sangat ingin memiliki jam tangan. Setiap kita hangout pasti yang dilirik disekitarnya adalah jam. Beberapa kali dia minta pada kami, kami tolak scara halus. Bahwa Aa perlu belajar dulu untuk mengerti tentang waktu. Akhirnya kami ajarkan dari yang pertama kali materi tentang waktu dari jadwal shalat. Dari situ dia belajar garis besarnya tentang shubuh, pagi, siang, sore, dan malam. Setelah itu dia kembali meminta hal yang sama. Belum kami kabulkan juga. Diberi pengertian lagi. Jika Aa nanti sudah mengerti ttg waktu boleh minta. Alhamdulillah dia mengerti, dari situ keinginantahuannya ttg waktu sangat tinggi. Akhirnya dia belajar ttg fungsi jam dr mulai jarum panjang hingga jarum pendeknya… Alhamdllh dia mulai faham fungsi detik, menit dan jam. Begitu juga fungsi jarum pendek tinggal fungsi jarum panjangnya yg mmg butuh sedikit waktu krn menit mmg lebih rumit menghitungnya. Yang lucu kdg kalau waktu sdh menunjukan pukul setengah 5 misal. Dia bilangnya 5 setengah. Akhirnya kami ganti dengan jam 5 lebih 30 menit. Alhamdulillah dia mulai faham… dan akhirnya pas lebaran kmrn alhamdulillah Aa kesampaian juga beli jam tgn dr uang angpau nya..

Teh I:
Sbaiknya melatih anak untuk menunggu dr umur berapa ya? Anak sy skrg 16m. Boleh share juga contoh menunggu yg paling simple?
Saya pernh baca artikel tentang delaying gratification. Ya semacam menunggu gitu.

Teh D:
Share juga ya bunda.
Sulung saya Umar (3,5thn) sering di sounding ttg sabar termasuk ketika di dalam mobil atau diatas motor. Suatu waktu, saat kami dlm perjalanan dan melintasi pintu perlintasan KA abinya menunggu dan g ikut nyerobot kaya org lain. Dari situ ternyata umar memperhatikan. Jadi ketika di lain waktu mobil kami menunggu KA melintas dan yg lain nyerobot, umar berkomentar, “Tuh mi. Orang2 pd g sabar ya mi ya..bahaya kan ya mi?”

Teh W:
Assalamualaikum,, sy Whindy uminya Bilqish yg kmrn ikut ngebandros.. udh semingguan gabung di grup tp baru skrg memperkenalkan diri hee..maaf

Selama ini hanya menyimak materi n sharingnya saja sambil mempraktikkan di rumah.

MasyaAllah materinya hari ini menarik sekali, krn bilqish (2thn) klo ingin sesuatu suka maksa, merajuk sambil loncat2, suka nangis yg dbuat2 n terkadang teriak juga.

Sejauh ini saya tanggapi dengan melihat tingkahnya sambil senyum-senyum sendiri soalnya bodor liat tingkahnya, kalau msh maksa sy liat matanya sy kasi pengertian mengenai kemauannya, dan kasih 1 lpengertian klo minta sesuatu ga usah nangis n ga usah teriak, cukup bicara sm umi ato abinya sj. sjauh ini lumayan nerap walo kadang msh gt jg.

Teh N:
Jawaban dr th shofa sabumi 2

Setuju bahwa sabar adalah sesuatu yang penting, dan penting pula untuk diajarkan pd anak sedini mungkin. Klo kt sy pribadi ga ada istilah terlalu muda untuk membiasakan bilang ke anak ‘sabar ya nak’, meski anaknya masih newborn dan kata sabar masih abstrak bagi dia.

Sabar itu kan erat kaitannya sama kendali diri ya. Ada seorang psikolog yg bernama Walter Mischelle melakukan penelitian yg dikenal dgn marshmallow test dan menemukan bhw pengendalian diri anak memiliki kontribusi positif pada prestasi belajar, dan kesuksesan hidup di masa depannya kelak.

Marshmallow ini cara ngetesnya dgn cara membuat anak menunggu, bisa dicek d youtube ttg marshmallow test.

Teh Ratih:
Mau nambahin jawaban ttg menunda pemenuhan keinginan ya..

Untuk anak usia 0-12 bulan, pemenuhan kebutuhan dasarnya sebaiknya segera dipenuhi ketika anak meminta. Ketika bayi menangis krn lapar/haus/merasa tidak nyaman stlh BAK/BAB, sebaiknya ibu/pengasuh responsif & segera memenuhi kebutuhan anak. Jangan biarkan anak frustasi terlalu lama.

Kenapa pada usia 0-12 tahun ini anak perlu merasa nyaman & aman? Mengapa ibu perlu responsif thd kebutuhan anak? Jawabannya, karena pada usia 0-12 bulan adalah masa penting bagi anak untuk mengembangkan kepercayaan thd lingkungannya (basic trust vs mistrust). jika anak merasa lingkungannya aman dan nyaman, maka ia pun akan merasa percaya pada lingkungannya. selanjutnya ia pun akan merasa aman untuk belajar dan mengeksplorasi lingkungan. Jika ia sering dibiarkan menangis terlalu lama (frustasi) sblm kebutuhannya dipenuhi, maka ia akan merasa kurang percaya kepada lingkungannya. Ia bisa merasa berada di lingkungan yg tidak nyaman atau aman. Ia juga bisa merasa ibu/pengasuhnya tidak dapat diandalkan, sehingga kelekatan (attachment) menjadi kurang baik. Jika ia merasa lingkungannya tidak nyaman dan aman, maka ia pun kemungkinan akan takut untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ibu sebaiknya selalu responsif dan available setiap anak membutuhkannya agar tumbuh rasa percaya anak terhadap ibunya (trust) juga terjalin kelekatan dengan ibu (secure attachment). Perkembangan trust & secure attachment di usia awal kehidupan ini penting krn akan memengaruhi perkembangan anak selanjutnya untuk bisa percaya pada lingkungan (yg dimaksud lingkungan adalah segala sesuatu yg ada di sekitar anak, termasuk ortu, saudara, tetangga, & alam sekitar), mengeksplorasi lingkungan, belajar dr lingkungan. Jadi dalam konteks pendidikan (“education” = “mengeluarkan potensi”), anak tidak akan mengeluarkan potensi/kemampuannya di lingkungan yg tidak dipercayainya.

Secara umum, pada usia 1 tahun anak sudah dapat mengucapkan 1 kata untuk mengomunikasikan keinginannya. Anak juga cukup bisa mengerti ketika diajak bicara oleh lingkungannya. Pada usia 1 tahun juga, biasanya anak mulai memiliki keinginan di luar kebutuhan dasarnya. Nah, penundaan pemenuhan keinginan (delay gratification) ini bisa diajarkan ketika anak sudah bisa diajak berkomunikasi dan yg diminta pun bukan kebutuhan dasarnya. Orangtua bisa mengajarkan anak menahan pemenuhan kebutuhannya dengan mengomunikasikan sesuai pemahaman anak, misal, “ade mau jalan2 ke taman ya? Boleh.. setelah makannya habis ya..”. Nah, setelah makanan habis, ibu segera memenuhi janjinya untuk jalan2 ke taman. Jd anak tau sampai kapan ia harus menahan keinginannya & ortunya bisa dipercaya untuk memenuhi janji.

Teh N:
Th ratih.. sy mau tanya dong. Ttg selective mutism.
Anak sy yg kedua punya ketakutan berlebihan…sy blm smpet cek juga. Klo sy masak telor aja dlu juga histeris… ketakutan lsg meluk erat bgt. Apalgi klo goreng ikan atau ayam waaahh udah deh.. heboh seisi rumah… Denger suara motor asing yg 2tax, apalagi guludug….

Swaktu khamilan dan persalinan anak kedua memang agak bermasalah…apakah itu berpengaruh? Termasuktj pemenuhan kebutuhan pun,yg kedua lebih sensitif…sy bisa menerapkan quiet chair utk kaka nya cuma utk adiknya ini perlu hrs hati2 dan perlu diberi pengertian lebih krn sgt sensitif…

Teh Ratih:
Umur anak ke-2nya brp Teh?

Teh N:
2,5th

Teh Ratih:
Yg ditanya ttg selective mutism (tidak mau bicara pada situasi tertentu, misal selama ada orang asing anak jd membisu) atau ttg ketakutan berlebihan?

Teh N:
Sy googling artikel sepertinya mndekati ke selective mutism… dua-duanya teh. klo ketemu org asing cenderung defense, meluk sy erat..

Teh Ratih:
Saya klarifikasi dl ya perilakunya.. Yg dimaksud defense saat ketemu orang asing apa?

Teh N:
Jd bbrp minggu lalau mama sy semingguan tinggal d bdg ade apet pisan sama mama sy. lalu balik lg ke cianjur. Pas kita ke ke cianjur slang bbrp hr. Mama menyambut adek dg antuaias. Biasa ka cucu. Tp ade lsg kget lari balik kanan ke sy terua meluk aambil bilang umi ayo2… aambil narik2 baju sy… itu sering berulang…. apalgi d rumah mamah kbtln byk cucu juga. Biasanya mrka juga menyambut antusias sambil teriak nama ade. Icaaaaannn eh ade nya lsg lari le sy sambil nangis…. biasanya butuh waktu 3-4jam br mulai mau berbaur….walau itu harus terus dg saya..

Sy juga menerapkan konsep pola asuh berbeda dg kk nya. Utk adiknya sy cnderung lebih “lebay”  klo berkomunikasi..byk mengapresisi hal sekwcil mungkin yg ade lakukan wlw itu spertinya standar utk anak biasa seusianya.. supaya dia merasa lebih nyaman dan sy rasakan itu ckup efektif utk skr…

Teh Ratih:
Saya bahas dl masalah yg umum dialami anak.. namanya STRANGER ANXIETY. Stranger anxiety itu adalah ketakutan dan kecemasan yg dirasakan anak ketika ia bertemu orang asing. Stranger anxiety ini biasanya mulai dirasakan anak ketika ia berusia 6 bulan. Stranger anxiety ini bervariasi pada setiap anak dan kemunculannya pun bertahap. Semakin besar usia anak, semakin tinggi intensitas stranger anxiety-nya. Stranger anxiety ini sebenernya positif bagi anak krn meningkatkan kewaspadaan anak thd orang asing.. biar anak ga gampang diculik. Stranger anxiety juga tergantung konteks. Anak akan merasa lebih cemas ketika ketemu sama orang asingnya di tempat baru drpd di rumah dia sendiri. Anak juga biasanya merasa lebih cemas ketika ketemu orang asing ketika ia duduk sendiri dibandingkan ketika ia berada di pangkuan/dekat ibunya. Semakin anak merasa aman, semakin rendah kecemasannya. Anak yg jarang ketemu orang asing/lebih banyak di rumah juga kemungkinan akan lebih cemas dibandingkan anak yg sering diajak ke tempat umum & bertemu orang asing. Anak juga kemungkinan akan lebih takut pada orang asing yg pasif/pendiam dibandingkan orang asing yg ramah.

Teh L:
seperti anak yg slow to warm up ya mb? kebetulan anak saya tipe ini.. cenderung hati2 sekali dengan orang asing.. waktu masuk TK pun penuh drama.. Alhamdulillah semakin besar, terbiasa bertemu dengan banyak orang.. sekarang sudah jauuuh lebih berani
berubahnya lumayan signifikan sejak masuk kindergarten.. sudah setahun di kindergarten.. nah, sepertinye memang karena dia sudah merasa aman dan nyaman dengan teman2 dan gurunya.. dan sering ikut konser atau yg rame2.. jadi berkurang, betul yak teh? walaupun awal2, masih takut dan mesti saya temani.. lama2 mau sendiri..

Teh Ratih:
Stranger anxiety ini akan meningkat atau menurun intensitasnya tergantung pada reaksi orangtuanya pada orang asing tsb & pengalaman anak. Ketika anak merasa takut kemudian dia melihat ortunya tersenyum ramah dengan orang asing tsb, anak bisa menangkap sinyal bahwa orang asing tsb. Tidak berbahaya & kecemasannya bisa menurun. Jd semakin sering anak diajak bertemu orang asing dan melihat contoh ortunya berinteraksi dengan orang asing, maka kemungkinan semakin menurun kecemasannya saat bertemu orang asing. Tp jika anak jarang  bertemu orang asing, maka pengalaman & contoh dr ortu pun minim, jd stranger anxiety tetap tinggi. Kemungkinan lain anak tetap memiliki stranger anxiety yg tinggi adalah krn ortu memberi penguatan (reinforcement) thd perilaku anak tsb. Misal, ketika anak ketakutan bertemu orang baru, ortu kemudian memeluk anak/memberi perhatian lebih pada anak & tidak memberi contoh bgmn cara berperilaku ketika bertemu orang asing. Anak yg senang dipeluk/digendong/diberi perhatian lebih jadinya trs menunjukkan ketakutan ketika bertemu orang asing/berada di lingkungan asing agar ia mendapat perhatian ortunya.

Teh Ratih:
Iya.. pas pertama anak masih belum tau atau blm merasa aman aja.. kalo dia udah merasa aman & nyaman, kecemasan/ketakutannya akan berkurang

Ketika ke lingkungan baru, sebaiknya kita mendampingi dl agar anak merasa aman & nyaman. Kita juga bs ngasih contoh bgmn cara berkenalan dengan orang baru dan menunjukkan kepada anak bahwa itu adalah tempat yg aman.

Teh N:
Oh yah th ratih klo perlaku anak sy yg ketakutan saat sy masak,etc utk seusia dia apakh termasuk normal? Sebetulnya klo sy lihat. Anak sy yg kedua cenderung lebih pandai mengelola emosi drpada kakanya ketika seusianya. Cuma jika sdh terpancing, emosinya bisa melbihi kakanya. Pernah ktka tanatrum sy sama aba nya juga sampe kewalahan

Teh Ratih:
Kalo untuk kasus anak yg aktif & riang di rumah, tp pendiam di luar juga hal yg wajar pada anak. Kalau di rumah kan dia udah merasa aman, nyaman, & percaya sama orang2 di rumah. Kalo di luar rumah dia belum tau, jd dia butuh waktu dl untuk menilai situasi & orang2nya apakah aman & bisa dipercaya. Makanya td dibahas pentingnya BASIC TRUST. Potensi anak baru bisa keluar kalo dia merasa TRUST & SECURE. Gawat kan kalau di dalam rumah aja dia merasa Mistrust, apalagi saat di luar rumah.. dia jadinya ga akan bisa berkembang optimal

yg dia takuti dr masak itu suara minyaknya ya?

Teh N:
Muhun teh…, pokonya suara yg keras melengking pasti ketakutan.

Teh H:
Teh ratih, anak sy aktif dan heboh kl d rmh, tp pendiam skali d luar rmh, pendiam disini tdk mau berkomunikasi ttp ttp aktif bergerak, trmasuk d skolah

Teh W:
sama anak sy bilqish (2thn) jg gt klo ada suara2 keras mendadak kya masakan, blender, gluduk dy lngsng lari ketakutan nyamperin ibunya.
dan klo dluar cenderung diam tdk berkomunikasi tp ttp aktif bergerak

Teh Ratih:

Secara alamiah manusia memang takut suara yg keras melengking ya.. mungkin dia pernah sampai kaget banget dengar suara minyak saat dicemplungin ikan, jdnya sampai skr takut. Saya juga waktu kecil pernah kaget sama suara balon yg pecah, jd sampai skr ga suka balon krn takut pecah . Sedikit2 aja ditunjukin ke anak bhw suara minyak itu ga bahaya (tp yg bahaya minyak panasnya ). Kek suara guludug juga.. kan emang menakutkan.. wajar sih kalo takut sama guludug.. makanya ada doanya. Jd ajarin aja doa ketika melihat/mendengar petir.. dibaca tiap ade takut denger petir.. untuk membiasakan ade untuk inget Allah tiap takut biar hati lebih tenang

“Anak di luar rumah mulutnya aja yg pendiam, tapi badannya tetap aktif bergerak” ➡ wajar kok kalo anak begitu. Penjelasannya tadi itu, dia blm merasa “aman” untuk “keluar”, jd diam aja. Tp badan tetap aktif bergerak krn otaknya belum matang (sistem proprioseptifnya blm matang) sehingga dia banyak bergerak untuk merasakan keberadaan tubuhnya.

Teh N:
Subhanallah jazakillah teh ratih… sgt mencerahkan…

Sy juga sbg ortu jd byk berkaca. MasyaAllah… masih byk ilmu yg hrs sy teguk…. Betapa sombongnya sy, berambisi membuat anak jadi sholeh tp sy sbg ortunya masih minim ilmu dan tauladan… th shilvi mybe lbih tau krn kita ttngga samping rumah. Hihihi… sy juga salut dg konsep pola asuhnya th shilvi. Tth nida hebaaatt…

Teh H:
Sy prnh baca anak yg “on off” itu mksdnya apa ya teh *nambah lg hihihi

Teh Ratih:
Saya juga merasa punya anak itu sarana pembelajaran yg sangat efektif buat saya pribadi. Setiap melihat perilaku anak yg “aneh”, saya jd introspeksi diri lagi apakah dia meniru dr saya. Jadi punya “cermin hidup”. Punya anak juga bikin saya lebih termotivasi untuk memperbaiki diri krn anak akan meniru saya.

Teh H dalam konteks apa teh “anak on off”-nya? Saya blm nangkap maksud pertanyaannya

Teh H:
Saya prnh baca sekilas ada artikel yg nyebutin anak yg d rmh periang dan diluar diem ktnya trmasuk anak “on off” gt, di rumah on di luar off batterenya gt kali yaa

Teh Ratih:
Waduh Teh.. saya juga ga ngerti kalo anak bisa on off gitu ya.. semacam punya kepribadian ganda kesannya

Teh D:
Kalau Umar tuh suka maju mundur, misal blg pengen ikut, dinakin ke mobil malah nangis. Ditinggal nangis tambah kenceng. Kejadian begitu sering. Itu kenapa ya? Dan gmn cara mengatasinya?

Teh Ratih:
Umar 3,5 tahun ya? Kalo lg plin-plan (denger maju mundur malah inget syahrini ) coba diajak diskusi aja dl ttg kelebihan & kekurangan kalo ikut & tetep di rumah. Dengan bahasa anak 3,5 tahun pastinya jadi Umar dah latihan membuat keputusan berdasarkan plus minusnya suatu kegiatan. Dengan diskusi, Dyah juga td tau apa yg bikin dia maju mundur buat ikut

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🔅🔆🔅SABUMI🔅🔆🔅
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

👥 FB Group:
Sabumi (Muslim Homeschooling Bandung)
💻 Blog: sabumihomeschooling.wordpress.com

Sabumi is part of HSMN
👍FB fanpage:
Homeschooling Muslim Nusantara
🌐 web:
hsmuslimnusantara.org
📷 instagram: @hsmuslimnusantara
🐤 twitter: @hs_muslim_n

Leave a comment